Tugas Makalah Kependudukan dan Kesehatan Ibu Anak
Teori Kependudukan dan Transisi Demografi
Oleh :
Ahrytul Syahrida Aliem 70200114041
Rahmawati. SM 70200114049
Syamsinar 70200114053
Nur Windy 70200114067
Mahfud Noor Husaini 70200114069
Jurusan
Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar
2015
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah subhanahu wata’ala yang senantiasa
melimpahkan rahmat-Nya,ridho-Nya dan nikmat-Nya kepada kita semua,terutama
nikmat Islam.Begitu banyak orang diluar sana yang masih mencari-cari ketenangan
dalam hidupnya namun belum menemukan ketenangan itu, menghabiskan uang-uang
mereka hanya untuk mendapatkan ketengangan walau hanya beberapa jam saja.Namun
ketenangan itu tidaklah kekal, hanya sementara saja.
Patutlah
kita mengucapkan Alhamdulillah kita lahir dari orang tua-orang tua yang memeluk
agama yang mulia ini yaitu agama Islam.Dengan berdzikir kepada Allah,mengingat
kepadanya dan melakukan segala perintah serta menjauhi larangan akan membuat
hati menjadi tenang.Kemudian, shalawat kita ucapkan kepada baginda Rasulullah
Sallaulahu’aliahi wasallam,keluarga dan sahabat beliau yang telah menegakkan
kalimat tauhid dan telah menegakkan Islam hingga saat sekarang ini.
Alhamdulillah, tugas yang diberikan
kepada kami dalam mata kuliah “Kependudukan dan Kesehatan Ibu Anak” telah kami
selesaikan.Dalam makalah ini kami diberi tugas menjelaskan Teori Kependudukan
dan Transisi Demografi . Dalam makalah ini kami mencoba untuk memberikan
penjelasan tentang teori-teori dalam kependudukan dan transisi demografi.
Semoga Allah Azza Wajalla merahmati kita dan memudahkan kita dalam memperoleh
ilmu.
Tak
lupa kami mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen selaku pemberi tugas dan
pengajar kami, tempat kami untuk memperoleh ilmu dan meminta saran yang
bersifat membangun dalam makalah maupun pelajaran kami, dan kami juga ucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan kepada kami dalam
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari jika dalam penyusunan
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,dengan hati yang
terbuka kami mengharapkan adanya kritik serta saran yang konstruktif guna
kesempurnaan makalah ini. Demikian makalah ini kami susun, apabila ada
kata-kata yang kurang berkenan dan banyak terdapat kekurangan, kami mohon maaf
yang sebesar-besarnya.Semoga bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.
Wa’alaikumussalam
warahmatullahi wabarakatuh
Makassar,7 September 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR
ISI................................................................................................ ii
I.
PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1
Latar
Belakang........................................................................................ 1
1.2
Maksud
dan Tujuan................................................................................. 1
II.
POKOK
PERMASALAHAN............................................................... 2
III.
PEMBAHASAN..................................................................................... 3
2.1
Teori-teori Kependudukan.........................................................................3
2.2
Transisi Demografi.................................................................................... 9
IV.
PENUTUP................................................................................................13
3.1
Kesimpulan................................................................................................. 13
3.2
Saran............................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dewasa ini,
berbicara tentang laju pertumbuhan
penduduk dunia sangat meningkat dengan cepat. Pada tahun 1650 jumlah penduduk
negara-negara eropa, amerika serikat, amerika tengah dan amerika selatan
sebesar 113 juta jiwa, pada tahun 1750 menjadi 152,4 juta, dan kemudian pada
tahun 1850 menjadi 325 juta jiwa. Jadi, dalam dua abad jumlahnya menjadi 3 kali
lipat. Sedangkan untuk benua asia afrika dalam jangka waktu yang sama jumlah
penduduknya hanya berubah 2 kali banyaknya.
Tingginya laju
pertumbuhan penduduk di beberapa bagian dunia ini menyebabkan jumlah penduduk
meningkat dengan cepat. Di beberapa bagian dunia ini telah terjadi kemiskinan
dan kekurangan pangan. Fenomena ini
menggelisahkan beberapa ahli, dan masing-masing dari mereka berusaha
mencari faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan tersebut. Kalau faktor-faktor
penyebab tersebut telah diketemukan maka masal;ah kemiskinan akan dapat
diatasi.
Umumnya para
ahli dikelompokkan menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama terdiri dari penganut
aliran Malthusian. Aliran malthusian dipelopori oleh Thomas Robert Malthus, dan aliran Neo malthusan dipelopori
oleh Garreth Hardin dan Paul Ehrlich. Kelompok kedua terdiri dari penganut
aliran Marxist yang dipelopori oleh Karl Marx dan Friedrich Engels. Kelompok
ketiga terdiri dari pakar-pakar teori kependudukan mutakhir yang merupakan
reformulasi teori-teori kependudukan yang ada.
Untuk dapat
memahami keadaan kependudukan di suatu daerah atau negara maka perlu didalami
kajian demografi. Demikian halnya yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan.
Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan atau program kesehatan maka terlebih
dahulu harus mampu memahami keadaan di daerah atau negara tersebut. Keadaan
yang dimaksud ialah keadaan kesehatan, sosial ekonomi, kebudayaan, lingkungan
atau jumlah kepadatan penduduk.
1.2
Tujuan
1.
Mengetahui
pengertian
kependudukan.
2.
Mengetahui teori-teori kependudukan.
3.
Mengetahui
transisi kependudukan dari dulu hingga saat
ini.
BAB
II
POKOK
PERMASALAHAN
Rumusan
Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan kependudukan ?
2.
Apa
saja teori-teori kependudukan ?
3.
Bagaimana transisi kependudukan dari dulu hingga saat ini?
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1
Pengertian Kependudukan
Penduduk adalah
warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia.
Jadi, apakah kependudukan itu? Kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan
dengan jumlah, struktur, umur, jenis kelamin, agama, kelahiran, perkawinan,
kehamilan, kematian, persebaran, mobilitas dan kualitas serta ketahanannya yang
menyangkut politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Pengelolaan
kependudukan dan pembangunan keluarga adalah upaya terencana untuk mengarahkan
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga untuk mewujudkan penduduk
tumbuh seimbang dan mengembangkan kualitas penduduk pada seluruh dimensi
penduduk. Perkembangan kependudukan adalah kondisi yang berhubungan dengan
perubahan keadaan kependudukan yang dapat berpengaruh dan dipengaruhi oleh
keberhasilan pembangunan berkelanjutan.
3.2
Teori-Teori
Kependudukan
a. Aliran Malthusian dan Neo-Malthusian
1. Aliran Malthusian
Aliran ini dipelopori oleh Thomas Robert Malthus, seorang
pendeta Inggris, hidup pada tahun 1766 hingga tahun 1834. Pada permulaan tahun
1798 lewat karangannya yang berjudul : “Essai on Principal of Population as
it effect the Future Improvement of Society, with Remarks on the Speculations
of Mr. Godwin, M. Condorcent and other writers”, menyatakan bahwa penduduk
(seperti juga tumbuh-tumbuhan dan binatang) apabila tidak ada pembatasan, akan
berkembang biak dengan cepat dan memenuhi dengan cepat beberapa bagian dari
permukaan bumi ini (Weeks, 1992).
Tingginya
pertumbuhan penduduk ini disebabkan karena hubungan kelamin antara laki-laki
dan perempuan tidak bisa dihentikan. Disamping itu Malthus berpendapat bahwa
manusia untuk hidup memerlukan bahan makanan, sedangkan laju pertumbuhan bahan
makanan jauh lebih lambat dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk.
Apabila tidak diadakan pembatasan terhadap pertumbuhan penduduk, maka manusia
akan mengalami kekurangan bahan makanan. Inilah sumber dari kemelaratan dan
kemiskinan manusia. Hal ini jelas diuraikan oleh Malthus sebagai berikut:
…
Human species would increase as the number 1, 2, 4, 8, 16, 32, 64, 128, 256,
and the substance as 1,2,3,4,5,6,7,8,9. In two centuries the population would
be to the means of subsistance as 236 to 9; in three centuries as 4096 to 13
and in two thousand years the difference would be almost incalculable… (Malthus, edisi Fogarty, 1948).
Seperti telah disebutkan diatas, untuk dapat keluar dari
permasalahan kekurangan pangan tersebut, pertumbuhan penduduk harus dibatasi.
Menurut Malthus
pembatasan tersebut, dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu preventive
checks, dan positive checks. Preventive checks ialah pengurangan penduduk
melalui penekanan kelahiran. Preventive checks dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
moral restraint dan vice. Moral restraint (pengekangan diri) yaitu segala usaha
untuk mengekang nafsu seksual, dan vice pengurangan kelahiran seperti:
pengguguran kandungan, penggunaan alat-alat kontrasepsi, homoseksual,
promiscuity, adultery. Bagi Malthus moral restraint merupakan pembatasan
kelahiran yang paling penting, sedangkan penggunaan alat-alat kontrasepsi belum
dapat diterimanya (Yaukey, 1990).
Tabel 2.1
Pembatasan Pertumbuhan Penduduk
Sumber : Weeks, 1992 yang disesuaikan
Positive checks adalah pengurangan penduduk melalui proses
kematian. Apabila suatu wilayah jumlah penduduk melebihi jumlah persediaan
bahan pangan, maka tingkat kematian akan meningkat mengakibatkan terjadinya kelaparan,
wabah penyakit dan lain sebagainya. Proses ini akan terus berlangsung sampai
jumlah penduduk seimbang dengan persediaan bahan pangan.
Positive checks dapat dibagi lagi menjadi dua yaitu: vice dan
misery. Vice (kejahatan) ialah segala jenis pencabutan nyawa sesama manusia
seperti pembunuhan anak-anak (infancitide), pembunuhan orang-orang cacat, dan
orangorang tua. Misery (kemelaratan) ialah segala keadaan yang menyebabkan
kematian seperti berbagai jenis penyakit dan epidemic, bencana alam, kelaparan,
kekurangan pangan dan peperangan.
Pendapat Malthus banyak mendapat tanggapan para ahli dan
menimbulkan diskusi yang terus menerus. Pada umumya gagasan yang dicetuskan
Malthus dalam abad ke-18 pada masa itu dianggap sangat
aneh. Asumsi yang mengatakan bahwa dunia akan kehabisan sumber daya alam karena
jumlah penduduk yang selalu meningkat, tidak dapat diterima oleh akal sehat.
Dunia baru ( Amerika, Afrika, Australia, dan Asia) dengan sumber daya alam yang
berlimpah, baru saja terbuka untuk para migran dari dunia lama (misalnya Eropa
Barat). Mereka mempekirakan bahwa sumber daya alam di dunia baru tidak akan
dapat dihabiskan. Beberapa kritik terhadap teori Malthus adalah sebagai
berikut:
a. Malthus tidak memperhitungkan kemajuan-kemajuan transportasi yang
menghubungkan daerah satu dengan yang lain sehingga pengiriman bahan makanan ke
daerah-daerah yang kekurangan pangan mudah dilaksanakan. 2. Dia tidak
memperhitungkan kemajuan yang pesat dalam bidang teknologi, terutama dalam
bidang pertanian. Jadi produksi pertanian dapat pula ditingkatkan secara cepat
dengan mempergunakan teknologi baru.
b. Malthus tidak memperhitungkan usaha pembatasan kelahiran bagi
pasanganpasangan yang sudah menikah. Usaha pembatasan kelahiran ini telah
dianjurkan oleh Francis Place pada tahun 1822. (Flew, 1976)
c. Fertilitas akan menurun apabila terjadi perbaikan ekonomi dan
standard hidup penduduk dinaikkan. Hal ini tidak dapat diperhitungkan oleh
Malthus.
2. Aliran Neo-Malthusians
Pada akhir abad ke-19 dan permulaaan abad ke-20, teori Malthus
mulai diperdebatkan lagi. Kelompok yang menyokong aliran Malthus tetapi lebih
radikal disebut dengan kelompok Neo-Malthusianism. Kelompok ini tidak
sependapat dengan Malthus bahwa dengan mengurangi jumlah penduduk cukup dengan
moral restraint saja. Untuk keluar dari perangkap Malthus, mereka menganjurkan
menggunakan semua cara-cara “preventive checks” misalnya dengan penggunaan
alat-alat kontrasepsi untuk mengurangi jumlah kelahiran, pengguguran kandungan
(abortions). Paul Ehrlich mengatakan:
…The only way to avoid that scenario is to bring the birth
rate under control-perhaps even by force (week, 1992)
Paul Ehrlich (1971) dalam bukunya “The Population Bomb” ambarkan
penduduk dan lingkungan yang ada di dunia ini sebagai dunia ini telah terlalu
banyak manusia. Keadaan bahan makanan terbatas, karena terlalu banyak manusia
di dunia dan juga lingkungan sudah banyak yang rusak dan tercemar.
Pada tahun 1972 Meadow menulis buku “The Limit to Growth” memuat
ungan variabel lingkungan, yaitu penduduk, produksi pertanian, Industri, eraaya
alarn, dan polusi. Pada waktu persediaan sumberdaya alam masih maka bahan
makanan per kapita, hasil industri dan penduduk bertambah dan cepat.
Pertumbuhan ini akhimya menurun sejalan dengan menurunnya persediaan makanan. Walaupun
begitu malapetaka itu akan terjadi, atau manusa ini membatasi pertumbuhannya
dan mengeola Iingkungan alam dengan baik (Jones, 1981)
b. Aliran Marxis
Marx
dan Engels tidak sependapat dengan yang menyatakan bahwa apabIa tidak diadakan
pembatasan terhadap pertumbuhan penduduk, maka manusia akan kekuranqan bahan
pangan. Menurut Marx tekanan penduduk di suatu negara bukannya tekanan penduduk
terhadap bahan pangan, tetapi tekanan penduduk terhadap kesempatan kerja. Kaum
Kapitalis membeli mesin-mesin untuk menggantikan pekerjaanyang dilakukan oleh
buruh. Jadi penduduk yang melarat tidak disebabkan oleh kekurangan bahan
makanan, karena kaum Kapitalis mengambil sebagian pendapatan mereka. Untuk
mengatasi hal-hal tersebut maka struktur masyarakat harus dirubah dan sistim
kapitalis dengan sistem sosialis.
c. Beberapa Teori Kependudukan Mutakhir
Pada akhir abad ke.19 dan
awal abad ke-20 diadakan reformulasi kembali teori kependudukan terutama teori
Maithus dan Marx yang merupakan rintisan teori kependudukan mutakhir. Teori ini
dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:
1. Teori Fisiologis dan Sosial Ekonomi
1) John Stuart Mill
John Stuart Mill, seorang ahli filsafat dan ahli ekonomi
berkebangsaan Inggris menerima pendapat Maithus bahwa laju pertumbuhan penduduk
melampaui laju pertumbuhan bahan makanan sebagai aksioma. Pada situasi tertentu
manusia dapat mempengaruhi perilaku demografinya. Apabila produktivitas
seseorang tinggi Ia cenderung ingin mempunyai keluarga kecil, dengan fertilitas
rendah. Jadi standard hidup merupakan determinan fertilitas. Kalau pada suatu
waktu di suatu wilayah terjadi kekurangan pangan,
maka keadaan itu hanya bersifat sementara saja. Ada dua macam pemecahan, yaitu
mengimport bahan makanan atau memindahkan penduduk ke wilayah lain. Tinggi
rendahnya tingkat kelahiran ditentukan oleh manusia itu sendiri. Mill
menyarankan untuk meningkatkan keadaan sosial ekonomi kaum miskin dengan jalan
meningktkan pendidikan penduduk. Maka secara rasional mereka mepertimbangkan
perlu tidaknya menambah anak. Umumnya perempuan tidak menghendaki anak yang
banyak, apabila kehendak mereka diperhatikan mafra tingkat kelahiran akan
rendah.
2) Arsene Dumont
Arsene Dumont adalah ahli demografi bangsa Perancis, yang hidup
pada abad ke-19. Pada tahun 1890 menyajikan teori kapilaritas sosial.
Kapilaritas sosial mengacu pada seseorang yang ingin mencapai kedudukan yang
tinggi dalam masyarakat. Konsep ini mengacu atas analogi bahwa cairan akan naik
pada sebuah pipa kapiler. Untuk dapat mencapai kedudukan yang tinggi dalam
masyarakat, keluarga yang besar merupakan beban yang berat dan menjadi
perintang. Teori kapilaritas sosial dapat berkembang dengan baik pada negara
demokrasi. Dimana setiap individu mempunyai
kebebasan untuk memperoleh kedudukan yang Iebih tinggi di masyarakat. Di Negara
Perancis pada abad ke-19 sistem demokrasi berjalan dengan baik, setiap orang
berlomba-lomba mencapal kedudukan yang tinggi sehingga angka kelahiran turun
dengan cepat.
3) Emile Durkeim
Emile Durkeim adalah ahli sosiologi Perancis yang hidup pada akhir
abad ke-19. Durkeim menekankan perahatiannya kepada keadaan akibat dan adanya
pertumbuhan penduduk yang tinggi, akan timbul persaingan di antara penduduk
untuk dapat mempertahankan hidup. Dalam usaha memenangkan persaingan setiap
orang berusaha untuk meningkatkan pendidikan dan ketrampilan dan mengambil
spesialisasi tertentu. Masyarakat tradisional tidak terdapat persaingan yang
ketat dalam memperoleh pekerjaan, tetapi pada masyarakat Industri akan terjadi
sebaliknya, karena pada masyarakat Industri tingkat pertumbuhan dan
kepadatannya tinggi.
4) Michael Thomas Sadler dan Doubleday
Kedua ahli ini adalah penganut teori fisiologis. Sadler
mengemukakan bahwa daya reproduksi manusia dibatasi jumlah penduduk yang ada di
suatu negara atau wilayah.Jika kepadatan penduduk tinggi, daya reproduksi
manusia akan menurun, sebaliknya jka kepadatan pendudduk rendah, daya
reproduksi manusia akan meningkat. Teori Doubleday hampir sama dengan teori
Sadler, hanya titik tolaknya berbeda. Kalau Sadler mengatakan bahwa daya
reproduksi penduduk berbanding terbalik dengan tingkat kepadatan penduduk, maka
Doubleday berpendapat bahwa daya reproduksi penduduk berbanding terbalik dengan
bahan makanan yang tersedia. Jadi kenaikan kemakmuran menyebabkan turunnya daya
reproduksi manusia. Menurut Doubleday kekurangan bahan makanan akan merupakan
perangsang bagi daya reproduksi manusia, sedang kelebihan pangan justru
merupakan faktor pengekang perkembangan penduduk. Dalam masyarakat
berpendapatan rendah seringkali terdiri dan penduduk dngan keluarga besar,
sebaliknya orang yang mempunyai kedudukan balk biasanya jumlah keluarganya
kecil.
5) Teori Teknologi.
Penganut Kelompok Teknologi yang Optimis Mereka beranggapan bahwa
manusia dengan ilmu pengetahuannya mampu melipatgandakan produksi pertanian.
Mereka mampu mengubah kembali barang-barang yang sudah habis dipakai, sampai
akhirnya dunia ketiga mengakhiri masda transisi demografinya. Dengan tingkat
teknologi yang ada sekarang ini mereka memperkirakan hahwa dunia ini dapat
menampung 15 milyar orang dengan pendapatan melebihi Amerka Serikat dewasa ini.
Dunia tidak kehabisan sumberdaya alam, karena seluruh bumi ini terdiri dari
mineral-mineral. Proses pengertian dan recycling akan terus terjadi dan era ini
disebut dengan Era Substitensi.
3.3
Transisi
Demografi
Berdasarkan Multilingual Demographic
Dictionary (IUSSP, 1982), demografi mempelajari penduduk (suatu wilayah)
terutama mengenai jumlah, struktur (komposisi penduduk) dan perkembangannya
(perubahannya). Donald J Bogue di dalam bukunya yang berjudul “Principle of
Demography “ memberikan definisi demografi sebagai berikut : “Demografi
adalah ilmu yang mempelajari secara statistik dan matematika tentang besar,
komposisi dan distribusi penduduk dan perubahan-perubahannya sepanjang masa
melalui bekerjanya 5 komponen demografi yaitu kelahiran (fertilitas), kematian
(mortalitas), perkawinan, migrasi, dan mobilitas sosial.
Pada dasarnya transisi demografi
menjelaskan tentang perubahan dari suatu situasi stasioner di mana pertumbuhan
penduduk nol atau pun sangat rendah sekali karena, baik tingkat fertilitas
maupun mortalitas sama-sama tinggi, menjurus ke keadaan di mana tingkat
fertilitas dan mortalitas sama-sama rendah, sehingga pertumbuhan penduduk
kembali nol atau sangat rendah.
Dari stasioner pertama (fertilitas dan mortalitas tinggi ) menuju
stasioner kedua ( fertilitas dan mortalitas rendah ) mengalami dua tahap
proses, yakni tahap kedua dan
ketiga. Dan tahapan-tahapan inilah yang disebut dengan transisi demografi.
Peralihan keadaan demografis tersebut dibagi menjadi 4 tingkat yang
dapat lebih jelas dilihat dari gambar berikut ini :
Dari gambar 2.1 diatas dapat dilihat bahwa transisi demografi di
bagi atas empat tahap yaitu I,II, III dan IV.
1. Pada transisi pertama di mana tingkat kelahiran dan tingkat
kematian masih sama-sama tinggi sekitar 40-50, sedangkan angka perumbuhan
penduduk sangat rendah. Reproduksi atau kelahiran tidak terkendali. Kematian
bervariasi setiap tahunnya. Panen yang gagal, harga yang tinggi menyebabkan
kelaparan dan daya tahan tubuh terhadap penyakit yang sangat lemah. Ditambah
lagi dengan meluasnya penyakit menular, menyebabkan angka kematian tinggi.
2. Pada transisi ke dua dimana tingkat kematian menurun akibat
diperbesarnya anggaran kesehatan dan juga mulai adanya penemuan obat-obatan
yang makin maju. Sementara itu angka kelahiran tetap pada tingkat yang tinggi.
Mengakibatkan tingkat pertumbuhan meningkat dengan pesatnya.
3. Pada transisi ke tiga , dimana tingkat kematian terus menurun
tetapi tidak secepat pada tahap II. Tingkat kelahiran mulai menurun akibat
urbanisasi, pendidikan dan peralatan kontrasepsi yang makin maju.
4.
Pada
tingkat ini kelahiran dan kematian mencapai tingkat yang rendah dan pertumbuhan
penduduk kembali lagi seperti pada kategori pertama yaitu mendekati nol.
Transisi demografi muncul dengan terjadinya banyak perubahan di masyarakat, juga diantaranya adalah perubahan sosio-ekonomi yang berhubungan timbal balik dengan kesehatan. Finlandia adalah contoh yang telah menyelesaikan transisi demografinya, tingkat kelahiran dan kematiannya tinggi pada 1785-1790 yang kemudian semua ini menjadi rendah pada 1970-1976. Finlandia menyelesaikan transisi demografinya dalam waktu lebih dari satu setengah malahan mendekati dua abad. Bagaimana dengan Indonesia? Indonesia sedang mengalami transisi demografi, dalam suasana pembangunan nasional yang berlangsung cepat. Data kependudukan memang tidak lengkap.
Pada gambar tingkat kematian dan kelahiran yang masing-masing
diukur dengan Crude Death Riate (CDR) dan Crude Birth Rate (CBR), sangat tinggi
pada sebelum 1930 atau sebelumnya lagi yaitu sebelum tahun 1920-an. Dewasa ini
angka harapan hidup bangsa Indonesia (LE) cenderung bergerak dari 60 ke 70-an.
Demikian pula dengan tingkat kesuburan, TFR, dari sekitar 3 menuju 2. Transisi
demografi Indonesia telah didahului dengan revolusi penurunan kelahiran. NRR
pada beberapa propinsi sedang mendekati 1, yaitu DI Yogyakarta, Jawa Timur, DKI
Jakarta dan Bali. Konon menyusul Sulawesi Utara. Dengan NRR(Net Reproduction
Rate) sama dengan satu, rata-rata seorang ibu setelah masa hidupnya akan
diganti oleh seorang anak perempuannya, dengan kata lain tidak ada pertumbuhan
kelahiran pada penduduk.
Pertanyaannya, apakah transisi demografi Indonesia dapat
selesai pada tahun 2020-an? Pada penghujung Pembangunan Jangka Panjang Tahap II
nanti? Bila ini terjadi berarti transisi tersebut berlangsung sekitar seabad;
suatu transisi dengan percepatan. Bukankah itu suatu prestasi pembangunan
bangsa? Apakah demikian adanya? Situasi Indonesia yang Negara kepulauan,
sungguh sangat beraneka. Indonesia belum lagi menjadi Negara makmur. Mengikuti
proyeksi dan prediksi yang ada, apakah trnasisi itu dapat selesai dengan
sendirinya, tanpa intervensi kebijaksanaan pembangunan yang memadai? Telah
banyak keberhasilan pembangunan diperoleh pada masa lalu, namun tidak serta
merta demikian pula pada masa depan. Dengan terbatasnya kemampuan Negara dan bangsa,
akankah nantinya masa transisi menjadi berkepanjangan? Karenanya, Indonesia
memerlukan konsep pembangunan nasional masa depan. Kecenderungan mortalitas yang menurun dapat saja meningkat
lagi, bila kemampuan masyarakat menolong dirinya dan menopang keluarganya
sendiri berkurang. Penurunan mortalitas di Indonesia tidak akan berjalan
lancar, mandeg, bila kesenjangan antar berbagai lapisan masyarakat
bertambah besar. Singkatnya, kematian
yang meningkat dapat menginduksi terjadinya peningkatan kelahiran baru.
Penurunan fertilitas kemudian dapat berhenti atau malah meningkat apabila
keinginan jumlah anak yang dimiliki membesar lagi dan komitmen pemerintah dan
masyarakat pada masa mendatang menjadi kurang mendukung. Bila proses transisi
berkepanjangan, berarti masalah yang dihadapi masih berubah terus dan selalu
menghadapi masalah baru sementara yang lama masih ada terus. Beban untuk
mendorong terus roda pembangunan masih terus tinggi.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Ada 3 kelompok ahli dalam merumuskan atau menggagaskan
teori kependudukan.
1. Aliran Malthusian dan neo-malthusian
Malthusian berpendapat bahwa pertumbuhan penduduk yang
tinggi dengan ketersediaan makanan/pangan yang terbatas lama kelamaan akan
membuat ketersediaan pangan menjadi berkurang, sehingga terjadi kemiskinan dan
kemelaratan. Penduduk pertumbuhannya 2 kali lebih cpt daripada pangan. Maka Thomas
Robet Malthus menyarankan untuk melakukan pembatasan penduduk dengan cara
preventif check dan positive checks. Preventive check ada 2 yaitu moral restraint
(pengekangan diri) dan vice (usaha pengurangan kelahiran). Positive check ada 2
yaitu vice (pengurangan penduduk/pencabutan nyawa) dan misery (keadaan yang
menyebabkan kematian). Tapi teori ini ada sebagian ahli yang tidak setuju
karena : Malthus tidak memperhitungkan kecepatan pengiriman, perkembangan
teknologi dalam produksi makanan dan juga jika ekonomi atau kualitas kehidupan
penduduk baik bahkan tinggi, itu akan mengurangi tingkat fertilitas penduduk.
Malthusian lebih mengutamakan cara moral reistaint.
Neo-malthusian adalah pengikut dari malhtus yang
berpendapat bahwa jika hanya dengan cara moral reistaint saja itu tidak akan
membuat dampak besar bagi penurunan jumlah penduduk, maka kelompok ini
berpendapat untuk mengontrol populasi penduduk menggunakan alat kontrasepsi
(metode vice)
2. Aliran Marxist
Aliran ini oleh Marx dan Engels tidak sependapat dengan
pandangan Malthusian, bahwa tingginya perubahan penduduk berdampak pada
habisnya sumber daya (pangan). Kelompok ini berpendapat, bahwa tingginya
perubahan penduduk bukan berdampak pada sumber daya pangan namun berdampak pada
kesempatan kerja yang membuat terjadinya kemiskinan. Orang-orang kapitalis yang
memiliki perusahaan itulah yang membuat masyarakat miskin, mereka membeli
mesin-mesin untuk mempermudah dan mempercepat proses produksi. Mereka
mengeyampingkan penduduk yang banyak namun lapangan kerja yg makin sedikit,
sehingga sedikit saja penduduk yg dapat bertahan lalu jatuh miskin.
3. Teori Mutakhir
Merupakan teori reformulasi dari aliran Malthusian dan
Marxist, teori ini di bedakan menjadi 2 yaitu Fisiologis-sosial ekonomi dan
teknologi. Teori Fisiologi-sosial ekonomi ada 4 tokoh :
a. Jhon Stuart Mill
Ia setuju dengan pendapat Malthus bahwa pertumbuhan penduduk
yang tinggi akan membuat pangan menjadi sedikit. Untuk mengatasi itu ia
mengemukakan 2 cara yaitu mengimport bahan pangan atau memindahkan sebagian
penduduk ke wilayah lain.Ia juga berpendapat jika produktivitas seseorang
tinggi ia cenderung memiliki keluarga yg kecil, sebaliknya jika produktivitas
seseorang rendah ia cenderung tinggi. Mill berpendapat tinggi rendahnya tingkat
kelahiran ditentukan dari manusia itu sendiri. Mill menyarankan untuk
meningkatkan kualitas ekonomi penduduk dengan jalan pendidikan
b. Arsene Dumont
Arsene berpendapat bahwa untuk mengatasi tingginya petumbuhan
penduduk, menggunakan kapilaritas sosial. Dalam system kapitalis ini,
orang-orang akan bersaing memperebutkan kedudukan dalam pekerjaan dan
sebagainya, tentunya keluarga yang besar akan menghambat dalam mencampai hal
tersebut, sehingga pertumbuhan penduduk menjadi menurun. Teori ini berhasil di
Negara demokrasi yang memiliki kebebasan memperoleh kedudukan lebih tinggi di
masyarakat.
c. Emile Durkeim
Ia menekankan pada akibat dari tinggi pertumbuhan penduduk, jika
pertumbuhan tinggi maka akan timbul persaingan untuk bertahan hidup. Dalam
usaha memenangkan persaingan setiap orang berusaha untuk meningkatkan
pendidikan dan keterampilan. Masyarakat tradisional persaingannya
kecil,kemudian pada masyarakat industri persaingannya besar sehingga menunt
mereka untuk memiliki keluarga yang kecil.
d. Michael Thomas Sadler dan Doubleday
Sadler mengatakan jika kepadatan penduduk tinggi, maka usaha
reproduksi manusia menjadi kecil, begitupun sebaliknya. Sedangkan Doubleday
hampir sama dengan sadler hanya saja titik tolaknya berbeda, ia bertolak pada
bahan makanan. Ia berpendapat bahwa daya reproduksi penduduk berbanding
terbalik dengan bahan makanan. Jadi kenaikan kemakmuran menyebabkan turunnya
daya reproduksi manusia.
Sedangkan teori
teknologi yaitu mereka berpendapat bahwa dengan kemajuan teknologi akan
melipatgandakan produksi pertanian. Mereka mampu mengubah kembali barang-barang
yang habis dipakai. Dunia tidak kehabisan sumber daya karena seluruh bumi
terdiri dari mineral-mineral dan jika dilakukan juga recycling terus menerus.
Pada dasarnya transisi demografi,menjelaskan tentang
perubahan dari suatu situasi stasioner di mana pertumbuhan penduduk nol atau
pun sangat rendah sekali karena, baik tingkat fertilitas maupun mortalitas
sama-sama tinggi, menjurus ke keadaan di mana tingkat fertilitas dan mortalitas
sama-sama rendah, sehingga pertumbuhan penduduk kembali nol atau sangat rendah.
Dari stasioner pertama (fertilitas dan mortalitas tinggi )
menuju stasioner kedua ( fertilitas dan mortalitas rendah ) mengalami dua tahap
proses, yakni tahap kedua dan ketiga. Dan tahapan-tahapan inilah yang disebut
dengan transisi demografi.
4.2
Saran
Demikian
makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada saran
dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada kami.
Apabila ada
terdapat kesalahan mohon dapat mema'afkan dan memakluminya, karena kami adalah
hamba Allah yang tak luput dari salah khilaf, Alfa dan lupa.
Wabillah Taufik
Walhidayah
Wassalamu'alaikumWr.Wb.
Daftar Pustaka
Mantra,ida bagoes. 2000. Demografi umum. Yogyakarta: pustaka
pelajar offset.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar