MSG dibuat dengan
menggunakan bahan jagung, tapioca, bit, dan gula tetes (molase). Namun sebenarnya
yang menjadi kunci adalah asam glutamate yang difermentasikan dengan kaustik
(NaOH) untuk menghasilkan garam MSG yang memberikan rasa gurih. Khasiat
memberikan rasa gurih dan nikmat pada masakan membuat MSG jadi popular
diseluruh dunia. MSG bahkan ditemukan dalam mie instan, makanan ringan, snack
sampai jajanan.
Kontoversi sepuutar MSG
mulai mencuat tahun 1968 setelah seorang dokter bernama Robert Ho Man Kwok
mengalami mati rasa, sakit pada dada dan gatal pada tubuh setelah makan di
restoran Cina, yang kemudian beken disebut Chinese Restaurant Syndrome. Setahun
kemudian berkat penelitian John Olney dari Fakultas Kedokteran Universitas
Washington Amerika terhadap hewan, ternyata MSG berakibat kerusakan pada otak
dan merusak fungsi retina.
Sejak kehadirannya di
Indonesia tahun 60n dan diproduksi secara besar-besaran, MSG terus menjadi
bahan perdebatan. Puncaknya pada tahun 1987 saat Departemen Kesehatan RI
melalui SK Menteri Kesehatan RI No 182/1987, MSG disahkan sebagai bagian dari
vitamin A untuk program pencegahan kebutaan bagi balita. Hal ini langsung
dipermasalahkan oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia. Soalnya, sangat ironis
jika memerangi kebutaan justru dengan menggunakan MSG yang menurut riset justru
mengakibatkan kerusakan pada retina. Untungnya kegiatan ini dihentikan tahun
1993. Indonesia sendiri saat ini menjadi Negara produsen MSG terbesar di dunia.
Secara umum MSG bisa
mengakibatkan alergi yang berdampak gatal, mual dan suhu tubuh meningkat, bagi
yang sensitive efeknya akan bereaksi dalam waktu 30 menit hingga 1 jam dengan
akibat pusing, mual, pegal-pegal dan sakit pada bagian dada dan perut. Selain
itu, MSG juga mengakibatkan asma, diabetes, kelemahan otot dan tulang bahkan
kelumpuhan! Sedangkan menurut Debby Anglesey yang menulis buku Battling the
MSG, A Survival Guide and Cooking, MSG bisa mengakibatkan minimal 32 gejala
penyakit termasuk jantung, darah rendah, syarat, pencernaan, pernafasan, hingga
penglihatan. Ngeri banget bukan?!
Karena efeknya yang bisa
membahayakan kesehatan, di Jepang sekarang MSG sudah dilarang dijual dalam
bentuk murni. Sedangkan di Negara tetangga kita, Singapura dan Malaysia, setiap
rumah makan harus mencantumkan apakah masakan mereka mengandung MSG. belakangan
kampanye “No MSG” untuk tidak menggunakan MSG semakin popular. Karena itu, WHO menetapkan
batasan agar MSG tidak dikonsumsi secara berlebihan, takaran idealnya adalah 5
mgr per hari.
Jadi, tidak ada salahnya
kalau kita juga ikut waspada dan mulai mengurangi konsumsi MSG!
Jazakallahu khairan!
Semoga bermanfaat J Syukran ^^
0 komentar:
Posting Komentar