HENDAKNYA KALIAN MENGGUNAKAN DUA OBAT (Bagian 1)
Allah SWT. berfirman mengenai pengobatan dengan
menggunakan Al-Qur’an,
وَنُنَزِّلُ مِنَ ٱلۡقُرۡءَانِ مَا هُوَ شِفَآءٌ۬ وَرَحۡمَةٌ۬ لِّلۡمُؤۡمِنِينَۙ وَلَا يَزِيدُ ٱلظَّـٰلِمِينَ إِلَّا خَسَارً۬ا (٨٢)
“dan
Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang
yang zalim selain kerugian.” (QS. Al-Isra’ : 82)
قُلۡ هُوَ لِلَّذِينَ ءَامَنُواْ هُدً۬ى وَشِفَآءٌ۬ۖ وَٱلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ فِىٓ ءَاذَانِهِمۡ وَقۡرٌ۬ وَهُوَ عَلَيۡهِمۡ عَمًىۚ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ يُنَادَوۡنَ مِن مَّكَانِۭ بَعِيدٍ۬ (٤٤)
“…Katakanlah:
"Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. dan
orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al
Quran itu suatu kegelapan bagi mereka. mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil
dari tempat yang jauh". (QS. Fushshilat [41] : 44)
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلنَّاسُ قَدۡ جَآءَتۡكُم مَّوۡعِظَةٌ۬ مِّن رَّبِّڪُمۡ وَشِفَآءٌ۬ لِّمَا فِى ٱلصُّدُورِ وَهُدً۬ى وَرَحۡمَةٌ۬ لِّلۡمُؤۡمِنِينَ (٥٧)
“Hai
manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Yunus [10] : 57)
Allah SWT
berfirman mengenai madu dan lebah,
وَأَوۡحَىٰ رَبُّكَ إِلَى ٱلنَّحۡلِ أَنِ ٱتَّخِذِى مِنَ ٱلۡجِبَالِ بُيُوتً۬ا وَمِنَ ٱلشَّجَرِ وَمِمَّا يَعۡرِشُونَ (٦٨) ثُمَّ كُلِى مِن كُلِّ ٱلثَّمَرَٲتِ فَٱسۡلُكِى سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلاً۬ۚ يَخۡرُجُ مِنۢ بُطُونِهَا شَرَابٌ۬ مُّخۡتَلِفٌ أَلۡوَٲنُهُ ۥ فِيهِ شِفَآءٌ۬ لِّلنَّاسِۗ إِنَّ فِى ذَٲلِكَ لَأَيَةً۬ لِّقَوۡمٍ۬ يَتَفَكَّرُونَ (٦٩)
“dan
Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di
pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia, kemudian makanlah
dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah
dimudahkan (bagimu). dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang
bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi
manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda
(kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.” (QS. An-Nahl [16] : 68-69)
Al-Qur’an
adalah obat yang sempurna untuk menyembuhkan seluruh penyakit hati dan tubuh,
serta dunia dan akhirat. Tidak semua orang mampu menggunakan cara pengobatan dengan
Al-Qur’an. Jika orang yang sakit dapat dengan baik menggunakan Al-Qur’an untuk
berobat, dengan dibarengi keimanan dan keyakinan yang kuat serta seluruh
syarat-syaratnya terpenuhi, maka penyakit-penyakit tersebut tidak akan pernah
dapat menyerang lagi. Bagaimana bisa penyakit-penyakit tersebut menentang
firman Allah SWT., yang seandainya diturunkan di atas gunung atau bumi, niscaya
mampu menghancurkan keduanya?
Diriwayatkan
dari Ibnu Mas’ud ra., dia berkata bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Hendaknya kalian menggunakan dua obat: madu
dan Al-Qur’an.” (HR. Ibnu Majah)
Hadist
tersebut telah memadukan antara pengobatan manusia dan pengobatan Rabbani,
pengobatan jasad dan pengobatan jiwa, serta antara sebab penyembuhan yang
datang dari bumi dan dari langit. Oleh karena itu, Ibnu Mas’ud berkata, “Madu adalah
obat untuk segala jenis penyakit, sedangkan Al-Qur’an adalah obat untuk
penyakit yang ada dalam jiwa. Hendaknya kalian menggunakan dua obat: madu dan
Al-Qur’an.” Hal serupa juga dikatakan oleh Imam al-Manawi, “Hadist tersebut
telah memadukan antara pengobatan manusia dan pengobatan Tuhan, obat bersifat
materi dan yang bersifat rohani, pengobatan jasad dan pengobatan jiwa, serta
antara sebab penyembuhan yang datang dari bumi dan dari langit.”
Tiada satu
jenis penyakit pun, baik penyakit rohani maupun jasmani, melainkan di dalam
Al-Qur’an terdapat obat dan cara pencegahannya. Hal itu bagi orang yang telah
dikaruniai oleh Allah SWT. pemahaman akan Al-Qur’an. Barangsiapa tidak dapat
disembuhkan dengan Al-Qur’an, maka Allah tidak akan pernah menyembuhkannya.
Barangsiapa tidak merasa cukup dengan Al-Qur’an, maka Allah tidak akan
mencukupinya.
Siapa yang dapat menggunakan pengobatan dengan
Al-Qur’an?
Ibnul Qayyim
al-Jauziyyah rahimahullah berkata,
“Al-Qur’an adalah obat yang sempurna untuk menyembuhkan seluruh penyakit hati
dan tubuh, serta dunia dan akhirat. Tidak semua orang mampu menggunakan cara
pengobatan dengan Al-Qur’an. Jika orang yang sakit dapat dengan baik
menggunakan Al-Qur’an untuk berobat, dengan dibarengi keimanan dan keyakinan
yang kuat serta seluruh syarat-syaratnya terpenuhi, maka penyakit-penyakit
tersebut tidak akan pernah menyerang lagi. Bagaimana bisa penyakit-penyakit
tersebut menentang firman Allah SWT. yang seandainya diturunkan di atas gunung
atau bumi, niscaya mampu menghancurkan keduanya? Tiada satu jenis penyakit pun,
baik penyakit rohani maupun jasmani, melainkan di dalam Al-Qur’an terdapat obat
dan cara pencegahannya. Hal itu bagi orang yang telah dikaruniai oleh Allah
SWT. pemahaman akan Al-Qur’an. Barangsiapa tidak dapat disembuhkan dengan
Al-Qur’an, maka Allah tidak akan pernah menyembuhkannya. Barangsiapa tidak
merasa cukup dengan Al-Qur’an, maka Allah tidak akan mencukupinya.”
Beliau juga
berkata, “Zikir-zikir, ayat-ayat dan do’a-do’a yang digunakan untuk mengobati
dan me-ruqyah itu sebenarnya sudah
dapat menyembuhkan. Akan tetapi, hal itu masih tetap membutuhkan objek yang
tepat (yaitu orang yang sakit) dan kapasitas orang yang me lakukannya (pe-ruqyah). Pengobatan ini akan gagal
lantaran lemahnya kapasitas pe-ruqyah,
atau orang yang menjadi objek tidak dapat menerima pengobatan dengan cara ini,
atau ada penghalang kuat yang menghalangi proses penyembuhan.”
Hal itu juga
terjadi pada pengobatan penyakit fisik. Terkadang kegagalan pengobatan ini juga
dikarenakan karakter orang yang bersangkutan tidak dapat menerimanya. Terkadang
juga hal itu dikarenakan adanya sebuah halangan kuat yang mencegah proses
penyembuhan tersebut. Jika karakter seseorang dapat menerima obat dengan
sempurna, niscaya pengaruh yang akan dirasakan oleh tubuh sesuai dengan kadar
penerimaan tersebut.
Sama halnya
dengan hati. Jika hati dapat menerima ruqyah
dengan sempurna dan pe-ruqyah
mempunyai pengaruh yang efektif dalam menghilangkan penyakit, maka hasilnya
akan maksimal. Do’a-do’a tersebut ibarat senjata dan kemampuan senjata
bergantung pada orang yang menggunakannya, bukan hanya lantaran keampuhan
senjata itu sendiri. Jika senjata tersebut ampuh, orang yang menggunakannya
kuat, dan tidak ada halangan sama sekali, niscaya musuh akan dapat dikalahkan
(tentunya dengan izin Allah).
Dalam
karangannya yang lain, Ibnul Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah juga berkata, “Ruqyah
ini tidak akan sempurna melainkan didukung kekuatan jiwa orang yang
melakukannya dan kesiapan diri orang yang akan di-ruqyah. Jika diri orang yang akan diobati tidak mampu menerima ruqyah tersebut dan kapasitas pe-ruqyah tidak mumpuni, maka penyakit yang
diderita tidak akan berhasil disembuhkan. Dari sini ada tiga hal penting yang
harus diperhatikan:
1.
Kesesuaian
obat dengan penyakit.
2. Usaha pe-ruqyah.
3.
Penerimaan
diri orang yang sakit.
Asy-Syaukani rahimahullah berkata, “Berobat dengan
obat disertai dengan tawakal kepada Allah lebih bermanfaat daripada berobat
dengan obat-obatan. Akan tetapi, berobat dengan do’a tersebut akan menjadi
lebih bermanfaat jika memenuhi dua syarat. Pertama,
dari segi orang yang sakit, dia harus benar tujuannya. Kedua, dari segi orang yang mengobati (pe-ruqyah), hendaknya hati orang tersebut khusyuk kepada Allah dengan
senantiasa bertakwa dan bertawakal kepada-Nya.
Ketahuilah bahwasanya
berobat dengan menggunakan Al-Qur’an, do’a dan ruqyah tidak akan berhasil melainkan dengan hati yang bersih dan
ikhlas karena Allah SWT. Ibrahim al-Khawwash rahimahullah berkata, “Obat hati ada lima perkara,
1.
Membaca
Al-Qur’an dan menadaburinya.
2. Berpuasa.
3. Qiyamul lail (shalat malam).
4. Bermunajat beberapa saat sebelum subuh.
5.
Bergaul dengan
orang-orang saleh.”
Syarat-syarat
di atas harus terpenuhi demi mewujudkan khasiat atau manfaat pengobatan dengan
Al-Qur’an dan ruqyah. Lantas, siapa
yang bisa menggunakan pengobatan dengan Al-Qur’an ini? Mari kita renungkan
bersama firman Allah SWT yang artinya,
“dan
Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran
itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS.
Al-Isra’ : 82)
“…Katakanlah:
"Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga
mereka ada sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka. mereka
itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh". (QS.
Fushshilat [41] : 44)
“…
serta melegakan (menyembuhkan) hati orang-orang
yang beriman.” (At-Taubah : 14)
Dalam ayat
tersebut Allah menyebut “Orang-orang yang
beriman”, yang memberikan pengertian bahwa Allah menjadikan Al-Qur’an
sebagai obat khusus bagi orang-orang yang beriman. Sedangkan mengenai
obat-obatan yang bersifat materi seperti madu, Allah SWT berfirman yang
artinya,
“…
di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia…” (An-Nahl : 69)
Dalam ayat
ini, Allah menyatakan “bagi seluruh
manusia”, baik yang mukmin maupun yang kafir, yang taat maupun yang
bermaksiat.
Berobat dengan
menggunakan Al-Qur’an tidak bermanfaat bagi orang musyrik, orang yang
meninggalkan shalat, orang yang hatinya terkait dengan sihir dan para penyihir,
orang yang meninggalkan puasa padahal ia mampu mengerjakannya, dan orang yang
lupa untuk berdzikir kepada Allah. Juga tidak bermanfaat bagi orang yang
membawa jimat penjaga diri dan menyembelih hewan kurban untuk selain Allah.
Pengobatan ini juga tidak bermanfaat bagi orang yang senantiasa melakukan
dosa-dosa besar, melainkan jika dia bertobat. Juga tidak bermanfaat bagi orang
yang telah meniggalkan Al-Qur’an.
Sumber
: Majdi Muhammad asy-Syahawi – Ingin Sehat? Berobat dengan Al-Qur’an dan Madu
(At-Tadaawaa bil Qur’aan wa ‘Asalin Nahl) – Gema Insani, Jakarta, 2011
0 komentar:
Posting Komentar