Pages

Kamis, 17 Maret 2016

Sehat Ala Rasulullah

HENDAKNYA KALIAN MENGGUNAKAN DUA OBAT (Bagian 1)


Allah SWT. berfirman mengenai pengobatan dengan menggunakan Al-Qur’an,

وَنُنَزِّلُ مِنَ ٱلۡقُرۡءَانِ مَا هُوَ شِفَآءٌ۬ وَرَحۡمَةٌ۬ لِّلۡمُؤۡمِنِينَ‌ۙ وَلَا يَزِيدُ ٱلظَّـٰلِمِينَ إِلَّا خَسَارً۬ا (٨٢)

“dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS. Al-Isra’ : 82)

قُلۡ هُوَ لِلَّذِينَ ءَامَنُواْ هُدً۬ى وَشِفَآءٌ۬‌ۖ وَٱلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ فِىٓ ءَاذَانِهِمۡ وَقۡرٌ۬ وَهُوَ عَلَيۡهِمۡ عَمًى‌ۚ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ يُنَادَوۡنَ مِن مَّكَانِۭ بَعِيدٍ۬ (٤٤)

“…Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka. mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh". (QS. Fushshilat [41] : 44)

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلنَّاسُ قَدۡ جَآءَتۡكُم مَّوۡعِظَةٌ۬ مِّن رَّبِّڪُمۡ وَشِفَآءٌ۬ لِّمَا فِى ٱلصُّدُورِ وَهُدً۬ى وَرَحۡمَةٌ۬ لِّلۡمُؤۡمِنِينَ (٥٧)

“Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Yunus [10] : 57)
Allah SWT berfirman mengenai madu dan lebah,

وَأَوۡحَىٰ رَبُّكَ إِلَى ٱلنَّحۡلِ أَنِ ٱتَّخِذِى مِنَ ٱلۡجِبَالِ بُيُوتً۬ا وَمِنَ ٱلشَّجَرِ وَمِمَّا يَعۡرِشُونَ (٦٨) ثُمَّ كُلِى مِن كُلِّ ٱلثَّمَرَٲتِ فَٱسۡلُكِى سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلاً۬‌ۚ يَخۡرُجُ مِنۢ بُطُونِهَا شَرَابٌ۬ مُّخۡتَلِفٌ أَلۡوَٲنُهُ ۥ فِيهِ شِفَآءٌ۬ لِّلنَّاسِ‌ۗ إِنَّ فِى ذَٲلِكَ لَأَيَةً۬ لِّقَوۡمٍ۬ يَتَفَكَّرُونَ (٦٩)

“dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia, kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.” (QS. An-Nahl [16] : 68-69)
Al-Qur’an adalah obat yang sempurna untuk menyembuhkan seluruh penyakit hati dan tubuh, serta dunia dan akhirat. Tidak semua orang mampu menggunakan cara pengobatan dengan Al-Qur’an. Jika orang yang sakit dapat dengan baik menggunakan Al-Qur’an untuk berobat, dengan dibarengi keimanan dan keyakinan yang kuat serta seluruh syarat-syaratnya terpenuhi, maka penyakit-penyakit tersebut tidak akan pernah dapat menyerang lagi. Bagaimana bisa penyakit-penyakit tersebut menentang firman Allah SWT., yang seandainya diturunkan di atas gunung atau bumi, niscaya mampu menghancurkan keduanya?
Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud ra., dia berkata bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Hendaknya kalian menggunakan dua obat: madu dan Al-Qur’an.” (HR. Ibnu Majah)
Hadist tersebut telah memadukan antara pengobatan manusia dan pengobatan Rabbani, pengobatan jasad dan pengobatan jiwa, serta antara sebab penyembuhan yang datang dari bumi dan dari langit. Oleh karena itu, Ibnu Mas’ud berkata, “Madu adalah obat untuk segala jenis penyakit, sedangkan Al-Qur’an adalah obat untuk penyakit yang ada dalam jiwa. Hendaknya kalian menggunakan dua obat: madu dan Al-Qur’an.” Hal serupa juga dikatakan oleh Imam al-Manawi, “Hadist tersebut telah memadukan antara pengobatan manusia dan pengobatan Tuhan, obat bersifat materi dan yang bersifat rohani, pengobatan jasad dan pengobatan jiwa, serta antara sebab penyembuhan yang datang dari bumi dan dari langit.”
Tiada satu jenis penyakit pun, baik penyakit rohani maupun jasmani, melainkan di dalam Al-Qur’an terdapat obat dan cara pencegahannya. Hal itu bagi orang yang telah dikaruniai oleh Allah SWT. pemahaman akan Al-Qur’an. Barangsiapa tidak dapat disembuhkan dengan Al-Qur’an, maka Allah tidak akan pernah menyembuhkannya. Barangsiapa tidak merasa cukup dengan Al-Qur’an, maka Allah tidak akan mencukupinya.
Siapa yang dapat menggunakan pengobatan dengan Al-Qur’an?
Ibnul Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah berkata, “Al-Qur’an adalah obat yang sempurna untuk menyembuhkan seluruh penyakit hati dan tubuh, serta dunia dan akhirat. Tidak semua orang mampu menggunakan cara pengobatan dengan Al-Qur’an. Jika orang yang sakit dapat dengan baik menggunakan Al-Qur’an untuk berobat, dengan dibarengi keimanan dan keyakinan yang kuat serta seluruh syarat-syaratnya terpenuhi, maka penyakit-penyakit tersebut tidak akan pernah menyerang lagi. Bagaimana bisa penyakit-penyakit tersebut menentang firman Allah SWT. yang seandainya diturunkan di atas gunung atau bumi, niscaya mampu menghancurkan keduanya? Tiada satu jenis penyakit pun, baik penyakit rohani maupun jasmani, melainkan di dalam Al-Qur’an terdapat obat dan cara pencegahannya. Hal itu bagi orang yang telah dikaruniai oleh Allah SWT. pemahaman akan Al-Qur’an. Barangsiapa tidak dapat disembuhkan dengan Al-Qur’an, maka Allah tidak akan pernah menyembuhkannya. Barangsiapa tidak merasa cukup dengan Al-Qur’an, maka Allah tidak akan mencukupinya.”
Beliau juga berkata, “Zikir-zikir, ayat-ayat dan do’a-do’a yang digunakan untuk mengobati dan me-ruqyah itu sebenarnya sudah dapat menyembuhkan. Akan tetapi, hal itu masih tetap membutuhkan objek yang tepat (yaitu orang yang sakit) dan kapasitas orang yang me lakukannya (pe-ruqyah). Pengobatan ini akan gagal lantaran lemahnya kapasitas pe-ruqyah, atau orang yang menjadi objek tidak dapat menerima pengobatan dengan cara ini, atau ada penghalang kuat yang menghalangi proses penyembuhan.”
Hal itu juga terjadi pada pengobatan penyakit fisik. Terkadang kegagalan pengobatan ini juga dikarenakan karakter orang yang bersangkutan tidak dapat menerimanya. Terkadang juga hal itu dikarenakan adanya sebuah halangan kuat yang mencegah proses penyembuhan tersebut. Jika karakter seseorang dapat menerima obat dengan sempurna, niscaya pengaruh yang akan dirasakan oleh tubuh sesuai dengan kadar penerimaan tersebut.
Sama halnya dengan hati. Jika hati dapat menerima ruqyah dengan sempurna dan pe-ruqyah mempunyai pengaruh yang efektif dalam menghilangkan penyakit, maka hasilnya akan maksimal. Do’a-do’a tersebut ibarat senjata dan kemampuan senjata bergantung pada orang yang menggunakannya, bukan hanya lantaran keampuhan senjata itu sendiri. Jika senjata tersebut ampuh, orang yang menggunakannya kuat, dan tidak ada halangan sama sekali, niscaya musuh akan dapat dikalahkan (tentunya dengan izin Allah).
Dalam karangannya yang lain, Ibnul Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah juga berkata, “Ruqyah ini tidak akan sempurna melainkan didukung kekuatan jiwa orang yang melakukannya dan kesiapan diri orang yang akan di-ruqyah. Jika diri orang yang akan diobati tidak mampu menerima ruqyah tersebut dan kapasitas pe-ruqyah tidak mumpuni, maka penyakit yang diderita tidak akan berhasil disembuhkan. Dari sini ada tiga hal penting yang harus diperhatikan:
1.      Kesesuaian obat dengan penyakit.
2.      Usaha pe-ruqyah.
3.      Penerimaan diri orang yang sakit.
Asy-Syaukani rahimahullah berkata, “Berobat dengan obat disertai dengan tawakal kepada Allah lebih bermanfaat daripada berobat dengan obat-obatan. Akan tetapi, berobat dengan do’a tersebut akan menjadi lebih bermanfaat jika memenuhi dua syarat. Pertama, dari segi orang yang sakit, dia harus benar tujuannya. Kedua, dari segi orang yang mengobati (pe-ruqyah), hendaknya hati orang tersebut khusyuk kepada Allah dengan senantiasa bertakwa dan bertawakal kepada-Nya.
Ketahuilah bahwasanya berobat dengan menggunakan Al-Qur’an, do’a dan ruqyah tidak akan berhasil melainkan dengan hati yang bersih dan ikhlas karena Allah SWT. Ibrahim al-Khawwash rahimahullah berkata, “Obat hati ada lima perkara,
1.      Membaca Al-Qur’an dan menadaburinya.
2.      Berpuasa.
3.      Qiyamul lail (shalat malam).
4.      Bermunajat beberapa saat sebelum subuh.
5.      Bergaul dengan orang-orang saleh.”
Syarat-syarat di atas harus terpenuhi demi mewujudkan khasiat atau manfaat pengobatan dengan Al-Qur’an dan ruqyah. Lantas, siapa yang bisa menggunakan pengobatan dengan Al-Qur’an ini? Mari kita renungkan bersama firman Allah SWT yang artinya,
“dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS. Al-Isra’ : 82)
“…Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka. mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh". (QS. Fushshilat [41] : 44)
“… serta melegakan (menyembuhkan) hati orang-orang yang beriman.” (At-Taubah : 14)
Dalam ayat tersebut Allah menyebut “Orang-orang yang beriman”, yang memberikan pengertian bahwa Allah menjadikan Al-Qur’an sebagai obat khusus bagi orang-orang yang beriman. Sedangkan mengenai obat-obatan yang bersifat materi seperti madu, Allah SWT berfirman yang artinya,
“… di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia…” (An-Nahl : 69)
Dalam ayat ini, Allah menyatakan “bagi seluruh manusia”, baik yang mukmin maupun yang kafir, yang taat maupun yang bermaksiat.
Berobat dengan menggunakan Al-Qur’an tidak bermanfaat bagi orang musyrik, orang yang meninggalkan shalat, orang yang hatinya terkait dengan sihir dan para penyihir, orang yang meninggalkan puasa padahal ia mampu mengerjakannya, dan orang yang lupa untuk berdzikir kepada Allah. Juga tidak bermanfaat bagi orang yang membawa jimat penjaga diri dan menyembelih hewan kurban untuk selain Allah. Pengobatan ini juga tidak bermanfaat bagi orang yang senantiasa melakukan dosa-dosa besar, melainkan jika dia bertobat. Juga tidak bermanfaat bagi orang yang telah meniggalkan Al-Qur’an.


Sumber : Majdi Muhammad asy-Syahawi – Ingin Sehat? Berobat dengan Al-Qur’an dan Madu (At-Tadaawaa bil Qur’aan wa ‘Asalin Nahl) – Gema Insani, Jakarta, 2011

0 komentar: